GURU ADALAH FILTER MEDIA PROPAGANDA

Pada zaman Nabi Musa penguasa sangat dipengarui  oleh ilmu-ilmu sihir, masyarakat dibuat kagum dan tunduk terhadap kebohongan penguasa. Tuhan pun menjadikan tongkat kepada Nabi Musa sebagi pelantara mu’jizat untuk menandinginya. Namun sesuai perkembangan zaman, arus kemajuan teknologi pun mengalir dengan deras tanpa mampu kita bendung.  Ilmu-ilmu sihir zaman dahulu sudah digantikan oleh peran media informasi yang ternyata jauh lebih efektif untuk mempengarui gaya hidup dan idiologi masyarakat. Ular sihir pada zaman kekuasaan Raja Firaun kini telah berubah menjadi kabel-kebel hitam penyambung informasi, yang ternyata juga sangat berbahaya.  


Begitu pun yang terjadi di Indonesia, banyak bermunculan siaran stasiun televisi yang membodohkan dan pemberitaan yang hanya memikirkan kepentingan golongan. Tentu kita masih ingat saat musim pencalonan presiden tahun 2014 lalu. Jokowi diberitakan sebagai non muslim, ayahnya adalah eks PKI dan memiliki kontrak politik dengan para pengusaha oleh sebagian media informasi. Prabowo dituduh terlibat sekaligus bertanggung jawab atas pelanggarahan HAM tahun 1998.
Hingga saat ini masing-masing media tersebut pun tidak ada yang berani mempertanggunugjawabkan kebenarannya, namun sayangnnya opini yang dibangun tersebut sudah terlanjur dijadikan landsaan untuk memilih salah satu calon penguasa baru bagi sebagaian masyarakat. Dan yang lebih menyayat hati adalah ketika siswa-siswi kita justru lebih bisa berbahasa melayu ala serial film boboiboy dan upin-ipin jika dibandingkan dengan membaca dan menulis aksara jawa. Sekali lagi, ini adalah peran media informasi yang ternyata mampu menjadi sihir bagi sebagian masyarakat saat ini.

Disinilah pendidikan harus berperan lebih aktiv, sebagai tenaga pendidik kita tidak hanya dituntuk untuk menjadikan siswa mampu membaca, menulis dan berhitung saja. Namun kita juga harus mampu menjadi filter dari informasi yang mereka dapatkan. Siwa juga perlu dibekali sifat kritis dan toleransi. Sifat kritis yang dimaksud disini ialah, diharapkan generasi muda Indonesia bisa untuk tidak mudah terpengaruh oleh informasi-informasi yang tidak jelas kebenarannya.  Mereka juga tidak mudah menyimpulkannnya, namun cenderung akan lebih mempelajari secara mendalam. Sedangkan sikap toleransi yang dimaksud adalah, mereka juga bisa menerima informasi yang bersumber bukan dari golongannya, untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan demi memperoleh sesuatu yang betul-betul dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Serta tidak menjadikan mereka fanatik buta terhadapa satu golongan tertentu (tidak mudah tersihir)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "GURU ADALAH FILTER MEDIA PROPAGANDA"

Posting Komentar